Wangxian

Rabu, 30 September 2015
Menjelang Oktober 2015, sebuah malam :)
Entah alasannya mengapa, apakah karena putus dengan mas Kukuh, entah kenapa kesedihan dan kepedihanku tak mampu dipahami oleh keluargaku, entah karena tekanan pekerjaan, entah karena kehilangan teman-teman berharga, entah karena aku hanya ingin terus lari dari kenyataan dan tanggung jawab ini, atau entah karena aku hanya tidak mengenal diriku dan tidak puas akan kehidupanku karena itu aku terus berkeluh-kesah.
Aku ingin terbang, menggapai apa yang aku inginkan, tapi aku yang sekarang seperti tak memahami apa yang aku inginkan, masa depan seperti apa yang hendak aku raih...
aku akan lupa akn diriku,
seakan aku kehilangan sesuatu yang sangat penting namun aku tidak tahu telah kehilangan apa, atau bahkan aku seperti telah kehilangan segalanya....
Aku ingin menangis, jutaan tetes air mata telah kucurahkan dan berjuta kali pula aku menyuarakan teriakkanku... namun tidak ada yang menoleh padaku.
aku tahu setiap orang punya kehidupan mereka masing-masing... tak ada satu apapun di dunia ini yang tercipta hanya untuk kita
tak ada.... bahwa tak ada hak istimewa akan sesuatu
bahwa semua ekual
bahwa semua rasa sakit bisa dirasakan siapapun
aku harus menerimanya
menerima bahwa orang tuaku adalah mereka
rumahku adalah disana
dan ragaku berada disini, tepat disini
dan jantungku berdetak
aku harus berterima kasih pada Tuhan yang memberikanku kehidupan
bahwa sebegini beratnya kehidupan, merupakan jalan yang sudah dituliskan jauh sebelum aku lahir,
dan aku lahir dengan menerima semua jalan yang telah digariskanNya.
Mungkin aku harus sedikit menggunakan selain emosi, perasaan positif dan negatif harus kuterima bersamaan.
Bahwa, dunia ini sebegini luas dan aku hanya aku yang kecil, yang diharuskan tunduk kepadaNya, menerima kebesaranNya.
Allah...
Tolonglah aku, aku percaya Kau tak akan meninggalkan hambaMu yang lemah.
aku tak ingin menangis untuk hal yang tak berguna lagi,
tak ingin meratapi ketidak-kuasaanku. ketidakmampuan keluargaku, ketidak-pekaan orang-orang di sekelilingku.
Allah hanya padaMu lah hamba memohon pertolongan.
Rabu, 26 Agustus 2015
Aku ingin selalu tersenyum
Aku selalu merasakan kalau aku sendirian,
Sejak dahulu aku memang susah mendapatkan teman.
Aku selalu berjuang agar orang lain menyukaiku.
Tapi berat sekali untuk berada disini,
seberapa aku berusaha sepertinya pasti dianggap sebelah mata.
Aku memang benci kalah, aku punya harga diri, tapi aku berusaha mungkin selalu merendah, aku tidak ingin jadi orang yang besar kepala. Tapi sepertinya orang seperti aku sangat susah hidup disini tanpa diolok-olok, dipersalahkan, disakiti,... aku selalu berpikir bahwa aku adalah kuat, aku sudah melewati hal yang lebih berat dari menghadapi kalian yang setiap hari mencercaku.
Aku lelah, aku tidak ingin hatiku terus disakiti...
Kenapa perlakuan kalian begitu berbeda?
Kalian mungkin memang tak pernah merasa bahwa aku adalah manusia yang sama seperti kalian.
Kalian mungkin tak pernah berpikir bagaimana berlaku baik kepada orang lain.
Hatiku sakit, dengan perilaku kalian yang tidak terang-terangan namun menusuk,
Aku lelah
Aku ingin selalu tersenyum sebenarnya,
Aku ingin selalu bisa tersenyum.
Bagaimana caranya?
Rabu, 29 Juli 2015
Bablasen
Ternyata memang kebanyakan beli, ya Allah tolonglah aku, kutahu Rezeki darimu tak akan habis
Minggu, 26 Juli 2015
Sabtu, 18 Juli 2015
Mencari Ridha Allah SWT saja
Sebenarnya banyak sekali yang ingin saya tuangkan dari lubuk hati ini. Jika memikirkannya saya hanya akan merasa sedih. Tahun ini umur saya sudah 25 tahun memasuki 26 tahun. Dan masih saja, saya tidak pernah merasa nyaman tinggal di rumah dan bersama keluarga.
Memang rasanya tidak mungkin jika ada anak yang tidak senang tinggal bersama keluarganya, tapi setiap saya pulang ke rumah 8 tahun ini, saya hanya akan bertengkar dengan orang tua saya entah itu ibu maupun bapak. Karena itu saya selalu merasa sedih. Saya berpikir bahwa diri saya kurang kasih sayang, sejak kecil karena suatu alasan, saya dititipkan pada nenek saya. Sampai saya berumur sekitar 5 tahun, saya baru tinggal bersama orang tua saya.
Saya sangat ingat sekali bahwa saya adalah anaknya nenek. Saya sangat menyayangi nenek karena menganggap hanya nenek yang memihak saya. Saya kerap bertengkar dengan orang tua dan kerap dibuat sedih dengan kondisi keluarga, orang tua bertengkar, atau mereka memarahi saya dari kata-kata yang menyakitkan sampai tindakan kasar. Saya kerap berpikir bahwa orang tua saya selalu lebih mencintai adik saya, karena dia anak yang penurut dan saya diberi label anak pembangkang. Saya hanya ingin perhatian dari orang tua dan meyakinkan diri saya bahwa saya dicintai. Tapi semakin lama saya hanya semakin percaya bahwa hidup terpisah dengan orang tua adalah yang terbaik. Setelah nenek meninggal, saya makin ingin lari dari orangtua saya dan ingin memiliki hidup saya sendiri. Karena itu saya harus kuliah dan berpikir meninggalkan kota kelahiran saya.
Tapi hidup di rantau juga sangat berat, dan sangat kesepian. Apalagi dengan kerasnya hidup di ibu kota setelah saya bekerja, saya semakin menginginkan kasih sayang. Kasih sayang orang tua yang apada saat kecil tidak bisa saya rasakan, saya masih ingin merasakannya.
Terkadang sedih, orang tua hanya seperti memanfaatkan saya.... Saya berusaha membuat hidup saya lebih baik tetapi selalu saja orang tua saya membebankan beban kehidupannya, kegagalan-kegagalannya, di pundak saya.
Saya bukan alat mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.... itu yang kerap saya rasakan.
Tapi sesungguhnya Ya Allah....saya tahu ini salah.
Saya hanya ingin mencapai RidhoMu. Mungkin akan saya dapatkan dengan mencari Ridho Orang tua saya.
Sebagaimanapun saya harus berperasangka baik kepadaMu Ya Allah, dan kepada kedua Orang tua saya.
Mungkin dengan itu kelak saya akan menemukan kebahagiaan saya.... karena saya paham bahwa RidhoMu Ya Allah adalah Ridho Orang tua saya.
Ya Allah berikanlah jalan ikhlas agar saya bisa membahagiakan kedua Orang tua saya. AMIN
Selasa, 14 Juli 2015
Aku
Keluhanku
Aku sering merasa tidak diperhatikan oleh keluargaku, atau siapapun itu yang berkata dia menyayangiku.
Bull shit